Kemarin aku ikut lomba puisi. Guruku yang memintaku untuk ikutan. Awalnya aku ngga mau, tapi kata Mama, kalo guruku menyuruhku untuk ikutan tandanya guruku tau aku mampu.
Padahal aku belum pernah ikut lomba mewakili sekolah apalagi ini lombanya membaca puisi. Aku sama seklai ngga nyangka bakal dipilih untuk mewakili sekolah.
Ini pertama kalinya aku ikutan lomba membaca puisi. Sebenarnya aku malu tapi setelah coba membaca di depan guruku rasa maluku hilang. Puisi yang aku baca judulnya "Kita adalah Pemilik Sah Republik Ini" karya Taufik Ismail.
Aku harus pasang wajah marah ketika membaca puisi itu. Membacanya juga harus keras dan tegas. Menurutku suaraku ini sudah cukup keras tapi kata guruku, suara dan emosinya masih kurang.
Karena latihan puisi suaraku jadi habis dan suka batuk-batuk tapi hal itu tidak membuatku putus asa atau mengundurkan diri. Demi membanggakan sekolah aku rela kehilangan suaraku, lagi pula suaraku hilang cuma sebentar kok.
Saat rekaman video aku deg-degan dan malu bangettt!! Untung aja yang lihat ngga banyak, cuma ada 3 guruku. Pak Rosyid, Pak Zany dan Bu Khot. Aku latihan selama beberapa hari di sekolah. Lomba ini dikirim dalam format video, mungkin karena masih pandemi.
Aku rekaman sekitar jam 8 sampai jam 11 malam, diantar Ayah naik motor, di tengah jalan hujan cukup deras. Ayah sampai basah kuyup, aku tidak terlalu basah karena duduk di belakang. pas pulang aku bener-bener ngantuk banget. Karena biasanya aku tidur jam setengah sembilan.
Kenapa harus malam? Karena konsep videonya itu gelap agar beda dari peserta yang lain, kata Pak Rosyid. Rencanya mau syuting siang tapi kelasnya itu terang banget! Pak Rosyid udah bawa kain hitam dari rumah yang lumayan banyak tapi tetap aja hasilnya masih terang.
Pas berangkat ke sekolah, suasana sepi, senyap dan gelap. Di sana memang ada lampu tapi tidak di sepanjang jalan ada lampunya. Disana juga banyak pohon-pohon lebat jadi makin ngeri kan, hiiiihh ngeri! Tapi mau bagaimana lagi, mau ngga mau kita tetep harus lewat jalan itu karena kalo ngga lewat situ bakal lama nyampe ke sekolahnya. Satu satunya jalan pintas ya cuma itu.
Sesampainya disekolah aku baca textnya dulu sebentar terus langsung rekaman. Tapi malah ada suara hujan. Ujiannya banyak sekali ya bund😌 hujanlah, gelaplah, ngga bisa disebutin satu persatuu deh.
Kata ayahku "kalo ada suara hujan malah jadi lebih dramatis!" kaya yang di film-film azab gitu wkwk kalian pasti ngga asing sama film itu kan yaa??!
Kalian pasti bertanya-tanya "Kok cuma syuting aja sampai jam 11 sih? Bercanda ya?" Karena pas mau mulai syuting itu aku langsung ketawa-ketawa gajelas karena syutingnya itu seriusan. Tapi kalo cuma latihan aku ngga ketawa, biasa aja gitu. Lah kok malah jadi terbalik? hadeeh sabar-sabar😆 setiap syuting selalu aja ada yang salah. Emosinya kurang, suaranya masih terlalu pelan, tanganku harusnya begini blablabla.... Tapi ngga papa lah, justru hal ini menjadi pengalaman terbaik untuk diceritakan ke orang-orang yaitu kalian!💕
Hasil lomba sudah diumumkan tapi sayang sekali aku belum bisa membuat bangga sekolah karena aku kalah dalam perlombaan. Tapi Alhamdullilah guruku bilang aku dapat peringkat 11 dari 57 peserta lomba. Wooww!! Terayata yang ikutan banyak sekali ya!😃
Segitu dulu ya cerita dari aku! See you next story bye...👋
Tidak ada komentar:
Posting Komentar